2017-11-13

Ajaran Makrifat Jawa: Ajaran Wali Songo Tentang Hakekat Hidup


Pada jaman dahulu, ajaran ini dirahasiakan oleh para wali. Namun sekarang telah dibuka, dijelaskan dengan terang-terangan, agar orang-orang dapat mengetahui asal kejadian sampai pada kesempurnaan ajal.

Tentang asal kejadian. Sebagaimana firman Allah Ta’ala yang penjelasannya sebagai berikut.

Ruh Ruhani bercampur dengan Ruh Jasmani, bertambah dengan Kodrat Allah Ta’ala. Kemudian ia menetes di bumi yang suci (rahim). 

Sesudah berusia satu bulan, ia sudah mendapat tambahan kontha dari Nabi Muhammad. Kemudian ketika berada dalam bumi suci ia sudah dapat bergerak. 

Pada umur dua bulan, ia sudah mendapat warna dari Nabi Muhammad. Karenanya, ketika dalam kandungan ia dapat berdenyut seperti layaknya manusia.

Pada umur tiga bulan, berdasarkan firman Allah Ta’ala kepada Nabi Muhammad, ia akan mendapat tambahan kulit. Oleh karena itu, di dalam kandungan sudah ia sudah dapat bergerak. Peribahasanya adalah idham-idham kaworan dari Kodrat Allah.

Pada usia empat bulan mendapatkan tambahan otak. Oleh karena itu, dalam kandungan ia sudah memiliki keinginan.

Berusia lima bulan, ia mendapat tambahan otot, maka ia sudah dapat bergerak perlahan-lahan.

Pada usia enam bulan, ia mendapat tambahan tulang, maka ia sudah dapat naik turun dan jungkir balik.

Pada usia tujuh bulan, ia mendapat tambahan rupa dan tambahan Kodrat dari Allah, seperti rambut, darah dan daging.

Pada usia delapan bulan, calon anak ini sudah dapat meng-operasikan saudara empat dan lima pusar. Saudara yang empat tersebut adalah:
  • Pertama : kakawah (air ketuban)
  • Kedua : bungkus
  • Ketiga : ari-ari
  • Keempat : darah.
Kakawah artinya menjadi pengasih. Bungkus menjadi kekuatan, Darah menjadi waliyas mati. 

Kakawah adalah malaikat Jibril. Bungkus adalah malaikat Mikail. Ari-ari adalah malaikat Isrofil. Darah adalah malaikat Izroil.

Jibril berada pada kulit, Mikail pada tulang, Isrofil pada otot dan Izroil pada daging. Akhirnya selamatlah sentosa, semua itu tidak kelihatan karena Kodrat Allah.

Pada usia sembilan bulan, ia akan berwujud bayi, ada empat hal yang dianugerahkan Allah dengan Kodrat-Nya sebagaimana dibawah ini.
  • Pertama : budi
  • Kedua : rahsa
  • Ketiga : angan-angan
  • Keempat : hidup.
Kemudian Nabi Muhammad SAW menambahkan ambuh atau kemantapan kepadanya dengan disertai dengan bacaan Syahadat Jati. Arti Syahadat Jati adalah ma’rifat kepada Dzat Allah. Diharapkan kelak ia akan teguh hati terhadap Dzat yang tidak mati.

Allah berfirman kepada Nabi Muhammad SAW, “Aku berkenan mengatur istana yang di dalam dada manusia. Dalam dada itu ada hati, dalam hati ada jantung, dalam jantung ada budi, dalam budi ada jinem (angan-angan), dalam jinem ada sukma, dalam sukma ada rahsa, dalam rahsa itu ada Aku. Tidak ada Tuhan selain Aku”.

Setelah itu ia menjadi bayi. Akhirnya dibukalah Kodrat Allah Ta’ala, ia lahir dari kandungan dan menangis. 

Kemudian bayi saat itu dapat disebut hidup, dalam jaman yang Maha Mulia.

Apabila bayi tersebut lahir dari kandungan setelah sepuluh bulan atau lebih, maka itu berarti kekeliruan perhitungan, karena tidak memperhatikan pengeluaran rahsa. Allah Ta’ala memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW agar menyertai Hijab Dzat elok padanya untuk menentukan waktu kelahiran dari kandungan ibunya selama sembilan bulan. Di situ disertakan pula kotoran tahi tahun, tahi kalong, tahi cacing, cacing tembaga yang semuanya itu akhirnya akan mendatangkan nafsu lawwamah.

Harap diketahui pula tentang tanggalnya syahadat, purnama (bulan)nya syahadat, panglongnya syahadat dan patinya syahadat.

Tanggalnya syahadat adalah adanya manusia karena pada manusia itu ada keadaan tentang nyatanya Allah Ta’ala.

Purnamanya syahadat adalah hati yang jernih, artinya tidak ada wujud. Keduanya berada pada Allah, Dzat yang meliputi semua keadaan.

Panglongnya syahadat artinya ruh yang sempurna. Ruh itu adalah rahsa Allah artinya tidak ada hakikat ruh selain keadaan Allah yang menjadikan lenyapnya sesuatu. Arti panglong adalah masih berada dalam jaman Ahadiyat.

Pati syahadat adalah rahsa yang datang pada Allah. Arti pati adalah tidak ada, yakni patinya nafsu pada Allah yang kekal.

Kesempurnaan laku itu ada lima macam:
  • Pertama : sempurna niat
  • Kedua : sempurna takbir
  • Ketiga : sempurna syahadat
  • Keempat : sempurna sakarat
  • Kelima : sempurna hidup
Sempurna niat artinya tidak ada kemauan. Kemauan hamba yang ditambah dengan sifat muridan (yang berkeinginan) menjadi lenyap.

Sempurna takbir artinya tidak mempunyai penglihatan. Jadi telah hilang penglihatan hamba yang sesungguhnya.

Sempurna syahadat artinya hamba tidak mempunyai kehendak. Ini merupakan anugerah Allah Ta’ala.

Sempurna sakarat artinya tidak ada pati, kembali pada hakikat hidup yang ditambah dengan sifat Hayyun.

Sempurna hidup artinya tidak ada hidup, hanya Dzat saja yang nyata. Arti Dzat adalah Aku .

Hendaklah diketahui bahwa ada manusia yang sempurna dalam keadaan jati. Sifat kemakhlukkannya kembali pada jamannya masing-masing sebagaimana tersebut dibawah ini. 

Ketika nyawanya lepas, yakni saat kembali pada tanazul-taraqi, ia akan menginjak yang telah berwujud menjadi satu sebagaimana uraian sebagai berikut:
  1. Cahaya, turun kembali berkilauan ke alam kamil.
  2. Budi, turun kembali ke alam ajsam.
  3. Rahsa, turun kembali ke alam misal.
  4. Kontha, turun kembali ke alam arwah.
  5. Warna, turun kembali ke alam Wahidiyat.
  6. Ambu, turun kembali ke alam Wahdah.
  7. Angan-angan, turun kembali ke alam Ahadiyat.
  8. Hidup, turun kembali ke alam insan kamil dan kembali sempurna terang benderang dari Kodrat-Ku.
Yang sempurna berada di liang kubur dalam bumi:
  1. kulit
  2. otak
  3. otot
  4. tulang 
  5. rambut
  6. daging
  7. darah
  8. sumsum
Saudara yang empat dan lima pusar juga menjadi sempurna dan kembali ke bumi:
  1. kakawah
  2. bungkus
  3. ari-ari 
  4. darah
  5. pusar
Semua itu menjadi sempurna, kembali pada Kodrat-Ku seperti sedia kala, kembali pada Yang Maha Mulia tanpa batas selamanya. 

Yang hitam nyalanya merah, yang merah nyalanya kuning, yang kuning nyalanya putih dan yang putih nyalanya manunggal pada Dzat Allah.

Artinya,

Kulit nyalanya daging, daging nyalanya darah, darah nyalanya tulang, tulang nyalanya dilebur menjadi cahaya oleh sifat kewat. 

Kewat nyalanya pada ma’rifat yang kekal, artinya telah menghilangkan wujud hamba karena hamba itu pada dasarnya tidak ada. Ada hamba hanya karena Dzat Allah saja. (Selanjutnya - Hidup Sejati Menurut Syekh Siti Jenar)

KOMENTAR