2025-07-06
Kontroversi Jalan Cinta Al Hallaj
2025-03-27
Kisah Kewalian Al Habib Ja’far Bin Muhammad Al Kaff Sang Wali Majdub Semarang
Habib Jakfar Alkaff Kudus, terkenal memiliki kebiasaan jadzab (berbuat aneh). Meskipun jadzab, ternyata beliau sering juga mernahake ( bahasa Salik nya adalah mentarbiyyah/membimbing) para muhibbin ( pecinta) beliau. Salah seorang muhibbinnya dipanggil beliau dan dikasih uang.
'' Ji ... ini duit buat kamu. Buat beli For tuner, ya? '' Kata Habib Ja'far.
'' Njih, bib '' Kata Pak Kaji sambil menghitung jumlah uang pemberian Habib. Totalnya cuma 400 ribu rupiah.
Melihat uang pemberiannya dihitung, Habib Jakfar berkata ' jangan dihitung, Ji. Harus ikhlaaas, ''
Ini pelajaran pertama dari habib ja'far, bahwa pemberian Allah baik berupa uang ataupun harta yang lain tidak boleh dilihat materi / barangnya. Juga berapa jumlahnya. Tetapi lihatlah siapa gerangan Dzat yang memberinya. Yakni Allah Ta'ala . Saputangan harganya murah. Tetapi saputangan pemberian kekasih, tidak ternilai harganya.
Beberapa waktu kemudian, Habib Jakfar mengajak dia ke tepi laut. Beliau berkata, '' Jii ....ini duit dalam tas semua, ayoh dibuang ke lauuut. Diniati shadaqah Sir/rahasia, yaa? Diniati shadaqah Sir yaa? ''
Bersama salah satu khadim/pembantu, pak Kaji tersebut membuang lembaran - lembaran uang kelaut. Dia perkirakan tidak kurang dari 20 juta rupiah uang yang dibuang. Muhibbin itu berpikir keras apa makna perbuatan ini, serta apa konteknya dengan dirinya?
Ini pelajaran kedua untuk dirinya, bahwa bagi seorang Arif billah, antara uang dan tanah liat nilainya tidak ada bedanya . Yang membuat berbeda adalah kecintaan hati kepada salah satu dari keduanya. Jika tidak ada cinta, ( karena yang dicinta hanyalah Allah) emas, uang atau yang lain tidak lagi berharga sehingga tidak layak diuber-uber apalagi dicinta.
Perbuatan membuang uang kelaut, pernah menjadi sasaran kritik Ibnul Qayyim kepada kaum Sufiyyah yang melakukannya. Karena perbuaan tersebut secara fikih dhahir hukumnya haram disebabkan tadzyi'ul maal / mensia-siakan harta. Namun Ba'dhul Arifien Quddisa Sirruh, menjawabnya banyak . Diantaranya :
''Kaum Sufiyyah membuang Harta ke laut, saat mereka mulai merasa hatinya tertambat dengan Harta tersebut. Dan bagi seorang Sufi haram hukumnya mencintai harta dunia, dan bahayanya cinta dunia itu lebih dahsyat dari dosanya mensia-siakan Harta. Jika ditanya, mengapa tidak disedekahkan saja? Dijawab bahwa, terhadap sosok Sufi seperti diri mereka sendiri saja, mereka tidak mempercayai untuk menyerahkan 'dunia', apalagi terhadap orang lain? Tuhmah ( kekhawatiran) tersebut membuat mereka terpaksa membuangnya ke laut. ''
Apa yang dilakukan Habib Ja'far juga selaras dengan hal diatas, dimana beliau ingin mengajari Muhibbinnya, supaya tidak cinta dunia. Dan beliau peraktekkan sendiri didepan matanya, membuang uang berjuta-juta ketengah laut, seperti berkata : '' Ji, jangan kedunyan (cinta dunia). Duit itu bagi seorang yang ' mengerti ' , tidak ada nilainya ''
Kemudian saat akan pulang, Habib memanggilnya kembali : '' Ji, kamu punya tanaman dalam pot di pojok Rumah? ''
Pak Kaji menjawab :" Bener, Bib ''
''Sampai rumah, Cabuten ae, '' kata beliau.
Pak Kaji langsung tercenung. Bukan heran, Habib Ja'far bisa tahu dia punya tanaman itu, karena hal-hal kasyaf model begitu sudah biasa dia jumpai dalam diri Habib Jakfar. Tetapi dia tercenung karena dia baru sadar , ini pelajaran penting untuk dirinya dari Habib, karena beberapa waktu belakangan ini dia sangat suka merawat tanaman tersebut.
''Harganya mahal. Saya membelinya 7 juta rupiah '' Kata Pak Kaji.
Tampaknya, dia diajari oleh Habib ja'far: '' Ji, ji ..... Bebaskan hatimu dari ta'alluq condong dengan tanaman berharga jutaan. Bersihkan hatimu dari suka mobil Fortuner. Bersihkan hatimu dari kicauan Lovebird. Bersihkan hatimu dari akik Bacanmu . Bersihkan hatimu dari wajah Ayu istrimu dan gemesinnya anak-anakmu ...bersihkan ...bersihkan ...bersihkan .... ''
Karomah Gus Akhlis Lirboyo
Gus Akhlis adalah putra bungsu KH Marzuqi Dahlan (Mbah Juqi; menantu Mbah Manaf pendiri Lirboyo. Pengasuh PP Lirboyo generasi kedua) ini perjalanan hidupnya banyak menyimpan kisah nyata maupun kisah misteri.
Diusia anak-anak beliau banyak keanehan pada prilakunya seperti memimpin baris berbaris sejumlah angsa dan di ceramahinya. Anehnya angsa pun nurut layaknya pasukan berbaris dan setia mendengar ceramah.
Semua terdiam, kalo isi ceramah itu lucu angsa bersuara seakan mengerti, lalu diam kembali dan baru bersuara lagi saat ceramah usai kemudian membubarkan diri.
Pada suatu saat Mbah juki bepergian selama beberapa hari meninggalkan rumah. Ketika itu ada beberapa santri yang setiap harinya privat mengaji pada sang kiyai. Entah sudah berapa hari lamanya pengajian itu libur karena mbah Juki sedang pergi.
Suatu hari kang santri sedang berjalan santai di persawahan belakang pondok bertemu dengan Gus Akhlis bemain disana. Lalu ia bertanya: Gus! abah sampun rawuh dereng Gus?
"Uwes!, sampean di tunggu awit maeng" jawab Gus Akhlis.
Santripun bergegas pulang ke asrama dengan buru-buru menyiapkan kitab dan alat mengaji dan secepatnya menuju ndalem untuk privat mengaji.
Begitu masuk ndalem ternyata memang sudah ada sosok yang berselimut sang guru, sedang menunggu ditempat biasanya. Ia langsung duduk dihadapannya dan tidak berani menatap ke arah guru. Terdengar suara mbah Juki
" WES, NDANG DIWOCO!",
Santripun membaca. Namun hingga satu halaman lebih, satu katapun tidak ada yang ditegur salah, tidak seperti biasanya. Karena terasa ganjil akhirnya ia memberanikan diri melirik pada sang kiyai.
Wooww.... la dallaah.. ternyata Gus Akhlis berselimut mbah Juki dan suaranya dibuat mirip sang abah.
Sering ketika Gus Akhlis menginginkan suatu barang yang di jual di toko, beliau akan ambil tanpa bayar, terkadang sang pemilik toko akan telepon ke PP Lirboyo mengabarkan.
Sang pemilik toko tidak akan berani marah-marah karena konon tokonya akan bangkrut. Kasus terakhir yang mengalami kebangkrutan adalah POM Bensin sebelah barat.
Semoga beliau di panjangkan umur sehat wal afiat dan kita mendapat luberan keberkahannya aamiin..
Sejarah Dan Filosofi Ketupat
Ketupat atau KUPAT merupakan kependekan dari:
NGAKU LEPAT dan LAKU PAPAT.
Ngaku lepat artinya MENGAKUI KESALAHAN.
Laku papat artinya EMPAT TINDAKAN.
Sungkeman mengajarkan pentingnya menghormati orang tua, bersikap rendah hati, memohon keikhlasan dan ampunan dari orang lain.
- LEBARAN.
- LUBERAN.
- LEBURAN.
- LABURAN.
Sudah usai, menandakan berakhirnya waktu puasa.
Meluber atau melimpah, ajakan bersedekah untuk kaum miskin. Pengeluaran zakat fitrah.
Sudah habis dan lebur. Maksudnya dosa dan kesalahan akan melebur habis karena setiap umat islam dituntut untuk saling memaafkan satu sama lain.
Berasal dari kata labur, dengan kapur yang biasa digunakan untuk penjernih air maupun pemutih dinding. Maksudnya supaya manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batinnya.
Kenapa mesti dibungkus JANUR?
Janur, diambil dari bahasa Arab "Ja'a nur" (telah datang cahaya).
Bentuk fisik kupat yang segi empat ibarat HATI manusia.
Saat orang sudah mengakui kesalahannya maka hatinya seperti
KUPAT YANG DIBELAH,
pasti isinya putih bersih,
hati yang tanpa iri dan dengki.
Kenapa?
Karena hatinya sudah dibungkus CAHAYA (ja'a nur).
Lepet = silep kang rapet.
Mangga dipun silep ingkang rapet, mari kita KUBUR/TUTUP YANG RAPAT.
Jadi setelah ngaku lepet, meminta maaf, menutup kesalahan yang sudah dimaafkan, jangan diulang lagi, agar persaudaraan semakin erat seperti lengketnya KETAN DALAM LEPET.
Mursyid Kamil Mukammil, Syarat dan Ciri-Cirinya
Panduan antara kewalian dan kemursyidan inilah yang menjadi prasyarat bagi munculnya seorang Mursyid yang Kamil dan Mukammil di atas.
Dalam kitab Al-Mafaakhirul ‘Aliyah, karya Ahmad bin Muhammad bin ‘Ayyad, ditegaskan, dengan mengutip ungkapan Sulthanul Auliya’ Syekh Abul Hasan asy-Syadzily ra, bahwa syarat-syarat seorang Syekh atau Mursyid yang layak ada lima:
- Memiliki sentuhan rasa ruhani yang jelas dan tegas.
- Memiliki pengetahuan yang benar.
- Memiliki cita (himmah) yang luhur.
- Memiliki perilaku ruhani yang diridhoi.
- Memiliki matahati yang tajam untuk menunjukkan jalan Ilahi.
- Bodoh terhadap ajaran agama.
- Mengabaikan kehormatan ummat Islam.
- Melakukan hal-hal yang tidak berguna.
- Mengikuti selera hawa nafsu dalam segala tindakan.
- Berakhlak buruk tanpa peduli dengan perilakunya.
Syekh Abu Madyan ra menyatakan, siapa pun yang mengaku dirinya mencapai tahap ruhani dalam perilakunya di hadapan Allah Swt. lalu muncul salah satu dari lima karakter di bawah ini, maka, orang ini adalah seorang pendusta ruhani:
- Membiarkan dirinya dalam kemaksiatan.
- Mempermainkan thaat kepada Allah.
- Tamak terhadap sesama makhluk.
- Kontra terhadap Ahlullah
- Tidak menghormati sesama ummat Islam sebagaimana diperintahkan Allah Swt.
Jika secara khusus, sifat para Mursyid sedemikian rupa itu, maka secara umum, mereka pun Memiliki lima prinsip thariqat itu sendiri:
- Taqwa kepada Allah swt zahir dan batin.
- Mengikuti Sunnah Nabi Saw. baik dalam ucapan maupun tindakan.
- Berpaling dari makhluk ketika mereka datang dan pergi.
- Ridha kepada Allah, atas anugerah-Nya, baik sedikit maupun banyak.
- Dan kembali kepada Allah dalam suka maupun duka.
- Himmah yang tinggi
- Menjaga kehormatan
- Bakti yang baik
- Melaksanakan prinsip utama; dan
- Mengagungkan nikmat Allah Swt.
Dalam sebuah kitab kesufian disebutkan bahwa Guru Mursyid yang sah menjadi pewaris Nabi Muhammad SAW diantaranya adalah :
- Seorang yang pintar (alim), karena yang bodoh tidak akan mampu memberi Irsyad (Petunjuk)
- Tidak mencintai dunia dan pangkat
- Baik dalam mendidik Nafsunya (Riyadlotun-Nafsi), seperti sedikit makan dan minum, serta berbicara dan banyak shalat, sedekah serta berpuasa.
- Mempunyai sifat dan akhlaq terpuji, seperti : sabar, syukur, tawakkal, yakin, pemurah, qanaah, pengasih, tawadhu, shiddiq, haya, wafa, wiqor dan syukur (untuk lebih jelasnya lihat kitab tersebut).
- Harus seorang yang alim dalam segala keilmuan yang diperlukan oleh para murid.
- Harus seorang yang arif terhadap kesempurnaan kalbu dan adab-adabnya, serta mengetahui segala bencana dan penyakit nafsu serta cara menyembuhkannya.
- Seorang yang lemah lembut, pemurah kepada kaum muslimin, khususnya kepada para muridnya. Apabila melihat para muridnya belum mampu untuk melawan nafsunya dan kebiasaannya yang jelek misalnya, Beliau lapang dada terhadap mereka setelah menasihatinya dan bersikap lemah lembut kepadanya sampai mereka mendapat petunjuk.
- Selalu menutupi segala yang timbul dari aib yang menimpa para muridnya.
- Bersih dari harta para muridnya serta tidak tamak terhadap apa-apa yang ada ditangan para muridnya
- Selalu melaksanakan perintah dan menjauhi segala larangan Allah, sehingga segala perkataannya berbekas pada diri para muridnya.
- Tidak banyak bergaul dengan para muridnya kecuali sekadar perlu dan selalu mengingatkan hal-hal yang baru dalam hal tarekat dan syariah sebagai upaya membersihkan jiwa dan agar beribadah kepada Allah dengan ibadah yang benar.
- Perkataannya bersih dari berbagai kotoran hawa nafsu, senda gurau, dan dari segala yang tidak bermanfaat.
- Lemah lembut dan seimbang dalam hak dirinya, sehingga kebesaran dan kehebatannya tidak mempengaruhi dirinya.
- Selalu memberi petunjuk kepada para muridnya dalam hal-hal yang dapat memperbaiki keadaannya.
"Siapa yang tidak memiliki guru, maka syetan menjadi imamnya.”(Ittihafus Saadaatil Muttaqiin Juz VII hal. 371).
Dengan memiliki seorang ‘guru’, seorang akan mendapat pantauan serta pengawasan spiritual dari Sang Guru sebagaimana pengawasan seorang ibu terhadap anaknya. Sebaliknya, jika ia tidak bernaung di bawah bimbingan seorang guru, maka ia bagaikan seorang buta yang masuk di tengah hutan belantara. Tentunya sangat kecil kemungkinannya ia akan melalui hutan tersebut dengan selamat.
Pada zaman ini banyak Mursyid Tarekat yang muncul tetapi hakikatnya tidak memiliki ciri sebagai seorang Mursyid yang wali sebagaimana di atas.
Al-fatehah kepada Guru-guru kita yang telah pergi meninggalkan kita....
Aamiin..
2024-10-23
Kitab Munirul Qulub Karangan Syeikh Abdussamad (Teungku Di Cucum)
Tanbeh 17 Anjuran Obat Dosa
Tanbeh 17 merupakan nama lain dari kitab Munirul Qulub, ditulis dengan bahasa Aceh bersajak Karangan Syeikh Abdussamad (Teungku Di Cucum) 1306 H.
Berisi 17 anjuran bagi pencari surga dan penghapus dosa. Tuntunan bagi umat dalam hakikat hidupnya. Isinya cukup mewakili semua aspek ajaran Islam, mulai ilmu tauhid, fiqih, syariat, akhlak serta tasawuf.
Kitab Tambeh Tujoh Blah tidaklah semata-mata menyampaikan Ilmu Keislaman saja, namun adat- istiadat Aceh juga terkandung di dalamnya. Sebab kehidupan rakyat Aceh tidaklah dapat dipisahkan dari ajaran agama Islam.
Kenyataan ini diperkuat dengan petuah leluhur orang Aceh, yang menyatakan: adat ngon agama lagee zat ngon sifeuet (adat dan agama Islam seperti zat dengan sifat, tidak mungkin dapat dipisahkan).
Membaca kitab ini kita diajarkan untuk menjalani hidup seutuhnya sebagai hamba Allah dalam bermasyarakat yang berpedoman pada konsep hablun minallah wa hablun minannas.
Syekh Abdussamad alias Tgk Di Cucum adalah putera seorang ulama yang berasal dari Baghdad, di negara Irak sekarang. Menurut “Tambeh Gohna Nan” karya Tgk Di Cucum – yang belum diberi judul, dijelaskan beliau adalah generasi pertama dari seorang ayah bangsa Arab yang lahir di Aceh.
Dalam kitab itu juga diterangkan, bahwa beliau pernah pulang ke negeri neneknya ke Baghdad. Teungku Di Cucum sempat hidup sampai periode awal Perang Belanda di Aceh (mulai 1289 H).
Hal ini tercermin dari ungkapan dalam “Tambeh Gohna Nan” , bahwa pasukan Belanda menghancurkan Mesjid Tungkop, Aceh Besar yang sedang dibangun dengan tembakan peluru meriam. Sementara Teungku Chik Di Tiro Muhammad Saman sudah syahid saat itu (1891 M).
Kerajaan Belanda menyerang Kerajaan Aceh Darussalam pada tahun 1289 H (1873M). Makam Tgk Di Cucum berada di Gampong Cucum, sebuah desa yang terletak di pinggiran jalan antara Kedai Tungkop dengan Kedai Lam Ateuk, Aceh Besar.
Sebagian dari karangan Syekh Abdussamad alias Teungku Di Cucum yang masih dikenal hingga sekarang ialah:
- Tambeh Tujoh Blah,
- Akhbarun Na’im,
- Tambeh Gohna Nan, dan
- Furatan Salam.
Bila dalam kitab Akhbarul Na’im dan Tambeh Gohna Nan, memang tercantum nama beliau pada bagian akhir kedua kitab itu, namun tidak demikian bagi kitab Tambeh Tujoh Blah dan Furatan Salam.
Dalam penutup bab 7 Tambeh Tujoh Blah tersebut begini:
”Bahkeu dumnan adab guree, le ka dilee lon hareutoe. Lam Hikayat Akhbarul Na’im, keudeh Polem kalon keudroe”.
Pada penutup bab 11 Tambeh Tujoh Blah disebutkan:
”Bukon sayang dumna rakyat, habeh sisat syaitan rabe. Di ureueng binoe pi sit maklum, meunan keudum hanpeue boehle. Ka dilee lam Furatan Salam, le that macam sambinoe meurawe. Kalheueh sideh lon peuhaba, sinoe teuma hanlon boehle”.
Tambeh Tujoh Blah berisi 17 bab mengenai berbagai bidang ilmu pengetahuan Islam. Susunan berbagai bab itu sebagai berikut :
- Iman
- Takeuwa
- Bek Murtad
- Umuruddin
- Martabat Ulama
- Baron Walidin
- Adab Guree
- Adab Isteri
- Manoe Junub
- Hak Jiran
- Tangan Murah
- Pajoh Riba
- Ureueng Malang
- Pancuri Seumayang
- Tinggai Jumeu’at
- Kisah Jadid bin Atha
- Adeueb Kubu
1) Sayang Binatang, Konsep Lingkungan Hidup ala Nabi Sulaiman
Mengenai kasih-sayang Nabi Sulaiman kepada binatang, yaitu burung Elang, Kitab Tambeh Tujoh menjelaskan sebagai berikut :
Teuma seuot ureueng po kayee, e panghulee lon tueng keu ubat
Raya kasiet that aneuk Kleueng, ulon ureueng ahli hekeumat
Menghan jeuet cok wahe Saidi, Kleung bek tabri jideuk meungsiat
Teulheueh nyan beungeh Nabi Sulaiman, pakon meunan kah that jeungkat
Han peue jeungkat hai panghulee, mate kayee habeh meularat
Meungnyo kayee meu-umpung Kleueng, reungkah cabeueng hanjan siat
Meunan jikheuenle po kayee, jimeuteumei jiwoe leugat
Leupah jiwoe pokayee nyan, Nabi Sulaiman neu mufakat
Ka deungo he jen ‘Afeuret, jakleh kawiet kayee sijeungkat
Oh lheueh kawiet kaplah dua, ka geulawa timu barat
Meungnyo jicok aneuk Kleueng lom, hana peuekheun peutrok syarat
Padum lawet teuma leu – eueng, meuseutot Kleueng Madiangkat
Lheueh jitoh boh jikaromle, mangat hate ka seulamat
Aneuk picehle ban laku, adatkon timu musem barat
Jicok puriehle ji sadeue, ‘Afeuret eu jinoe meuhat
Teungoh jimeung-ek lalu lape, troh Geumade jimat tungkat
‘Ohsajan troh ureueng keumade, jibeuetle do’a seulamat
Teungku pocut teuma jikheun, jaroe jitheun nyan hareukat
Diwie rinyeuen toe ngon tameh, mata u rumohle ji angkat
Ban jideungo ureueng keumade, jicok ruti peutron leugat
Ruti siblah teumon jipajoh, hanle jitroh jibri leugat
‘Oh jijok keu ureueng keumade, jisambotle hate mangat that
Ji eu ruti pisit siblah, jazakallah khairan jikheun that
Lheueh nyan jipeurab ubak kayee, purieh dilee kong jiikat
Ji-ek pantah miseue geuplueng, jicok aneuK Kleueng jitron leugat
Jen “Afeuret tahe keudroe, jimeung grak droe hanle kuat
Hankeu ekle kayee jiplah, jijak peugah jiplueng leugat
Tuanku aneuk Kleueng ka jicok lom, meukeumeung teugom jaroe lon geumat
Dua Malaikat mat bak jaroe, lape kamoe teuga gob that
Jaroe lasa ulon ghareb, u Syreb Meugreb geutiek kuat
Jibri seudekah siblah ruti, sidroe faki jipeutroh hajat
Pahla seudeukah siblah ruti, kamoe lape hanle kuat
Ban neudeungo jikheun meunan, Nabi Sulaiman ‘ajab neuthat
Salang bacut sagai jibri, adat meung le beurapa pangkat
Nyang haba Kleueng ngon Sulaiman, bahkeu ‘ohnan dilee siat
Jinoe laen lon peukhaba, ulon kira jalan hareukat
2) Kisah Abi Hurairah, Toleransi Agama pada Masa Rasulullah
Pada hari ini agama Islam sudah berkembang ke segenap penjuru dunia. Umat Islam bukanlah komunitas manusia tertutup, karena ajaran agama Islam memiliki unsur toleransi yang tinggi.
Keadaan ini bukanlah ijtihad baru atau suatu pandangan baru, namun sudah dipraktekkan semasa hayat Nabi Muhammad Saw sendiri. Mengenai hal ini, Kitab Tambeh Tujoh Blah menampilkan kisah Abi Hurairah, sebagai berikut:
Abi Huarairah po riwayat, neubri ingat dum geutanyoe
Rab droenyan na sidroe kafe, biek Yahudi disinan toe
Bak siuroe jijak bak lon, meunoe jikheun ubak kamoe
Ya Abu Hurairah lonna hajat, tulong siat keulon jinoe
Teuma lon seuot meungna lonbri, teuma Yahudi jipeugah peue
‘Oh jipeugah hana lonbri, jiwoe Yahudi hapiet jaroe
Nyang jilakee pina lontroh, hankeu naroh teutap jiwoe
Padum uroe seuleueng nibak nyan, bak janjongan ulon peutoe
Ban neu eu lon Rasulullah, ya Abi Hurairah pakon meunoe
Pakon maksiet keu Potallah, han tapateh lagoe kamoe
Neukheun keulon dinap mata, lon eu muka beungeh hansoe
Peue salah lon he ya Saidi, Ya Habibi peugah jinoe
Na tatupeue gata salah, Yahudi susah jak peugah droe
Ji peugah dak jibak gata, yoh jiteuka bak siuroe
Areuta teuna han tatem bri, jiwoeYahudi hana sapeue
Kareuna Yahudi ureueng sigampong, patot tatulong bek jiwoe droe
Ban neudeungo haba Nabi, neujak cokle neujak jok jinoe
Neujak Intat keu Yahudi, ka neujak bri areuta baroe
Abi Hurairah woe bak Nabi, tron Jebra-I teuma jinoe
Jebra-I kheun bak Rasulullah, Abi Hurairah rab meupaloe
Adat meunghan rijang neujok, han saho tok page dudoe
Page dudoe uroe akhirat, tamong Jannah pitreb didroe
Siribee thon lheueng baksoe laen, dudoe nibak nyan neutamong droe
Geupeutamong Abi Hurairah, meunan tapeugah takheun jinoe
Ban neudeungo khabar Jebra-I, ie mata ile meuteu taloe
Lheueh nyan neumat jaroe Nabi, meusumpahle neukheun meunoe
Deumi sibeuna gata Nabi, dudoe page hanle meunoe
Beurang kajan he ya Saidi, meungna lonbri beurang kapeue
Muhammadur Rasulullah, salang Hurairah sahbat nyang toe
Geutanyoe laen beurapa lagi, he boh hate meugriet dudoe
Tambeh siploh kakeuh simpan,siblah taulan deungo jinoe
jinoe lon kisah ureueng murah, bri seudeukah geunap uroe
Tambeh Tujoh Blah yang ditulis Syekh Abdus Samad yang bergelar Teungku Di Cucum, merupakan salah satu kitab penting dalam upaya mempelajari ajaran agama Islam. Kitab ini ditulis dalam bahasa Aceh dengan memakai huruf Arab Melayu atau Jawi alias Jawoe.