2020-02-27

Kitab Miftahus Shudur: Dzikir Jahar (Suara Keras)


Cara melakukan Dzikir Jahar (dzikir dengan suara yang keras) ialah bahwa orang yang berdzikir itu memulai dengan ucapan LAA dari pusar ke atas memutar di dada dan diangkatnya sampai ke otak dalam kepala, sesudah itu di ucapkan ILAA di dada kanan atas lalu HA di dada kanan bawah, Lalu memulai lagi mengucapkan ILLALLOH dari dada kiri atas dengan menurunkan ke bawah dan berkesudahan pada hati sanubari dua jari di bawah susu kiri dengan menghembuskan lafadz nama ALLOH sekuat mungkin sehingga terasa geraknya pada seluruh tubuh seakan-akan pada seluruh badan amal yang rusak itu terbakar dan memancarkan Nur Tuhan. Getaran itu meliputi seluruh bidang latifah sehingga dengan demikian tercapai makna tahlil yang artinya: ”Tidak ada yang di maksud melainkan Alloh”. Kalimat Nafi melenyapkan seluruh wujud sesuatu sesuatu yang baru dari pada pandangan dan ibarat, lalu berubah menjadi pandangan fana dan kalimat Isbat di tegakkanlah dengan tegak dalam hati dan kepada dzat yang Maha Besar, lalu memandang Dzat Alloh dengan pandangan Baqa’.

Setelah selesai dzikir dengan bilangan ganjil, dapatlah kita pada akhirnya membaca:

"SAYYIDUNA MUHAMMADUR ROSULULLOH SHOLLALLOHU 'ALAIHI WASALLAM"
  1. Diantara syarat-syaratnya, yaitu bahwa orang yang berdzikir itu:
  2. Dalam wudhu yang sempurna,
  3. Berdzikir dengan pukulan gema yang kuat,
  4. Suara keras yang dapat menghasilkan NUR DZIKIR dalam rongga bathin mereka yang berdzikir, sehingga hati mereka itu hidup dengan Nur Hidup abadi yang bersifat keakhiratan.

Seperti firman Alloh dalam Al Quran:
"Mereka tidak merasakan mati kecuali yang pertama dan terpelihara dari adzab neraka". (QS. Ad Dukhan: 56)

Rosululloh SAW berkata mengenai persoalan ini:
"Orang orang yang mukmin itu sebenarnya tidak mati, tetapi mereka berpindah dari fana kepada kampung yang Baqa".

Dan beliau bersabda pula:
"Hendaklah engkau mencapai mati sebelum mati. Barang siapa yang ingin melihat mayat diatas bumi, hendaklah ia melihat kepada sahabat Abu Bakar r.a".

Nabi berkata pula:
"Orang yang mukmin itu dengan Nurulloh yang ia jadikan daripadanya".

Sayiduna Umar r.a. berkata:
"Hatiku melihat Tuhan dengan Nur Tuhan".

Ru’yatulloh atau melihat Tuhan itu tidak dapat di capai di dunia, tetapi yang dapat dicapai adalah melihat sifat Alloh dalam kaca cermin hati.

Hati merupakan batu dan jika demikian tidak dapat di capai apa-apa, seperti firman Tuhan:
"Kemudian maka keraslah hatimu, jadi batu atau lebih keras dari batu". (QS. Al Baqarah: 74)

Oleh karena itu sebagai batu tidak dapat dipecahkan dengan kekuatan luar biasa, maka demikian pula dzikir tidak akan berbekas pada seluruh kekusutan hati, kecuali dengan kekuatan yang luar biasa pula, yaitu dengan dzikir jahar.

Pada tempat lain Alloh berfirman:
"Kalau sekiranya mereka lurus diatas jalan yang benar, niscaya Kami turunkan kepada mereka air hujan yang lebat". (QS. Al Jin: 16)

Maka berkatalah Syeikhul Kamil Ibrahim Al-Mathuli r.a:
"Angkatlah suaramu dikala engkau berdzikir sampai mencapai kumpulnya kekuatan bathin (Jami'yat), seperti orang orang arifin. Jami'yat itu kumpulnya pikiran dan perasaan "tawajjuh" (menghadap Tuhan), selalu cenderung kepadaNYA putus dari segala pikiran dan perasaan lainnya.”

Ulama ulama sufi berkata:
"Apabila murid murid melakukan dzikir ucapan LAA ILAAHA ILLALLOH dengan memusatkan perhatiannya yang bukan padanya, maka cepat terbuka segala tingkatan ajaran Thoreqot, kadang-kadang terasa dalam tempo 1 jam yang tidak dapat dihasilkan dengan ucapan lain dalam 1 bulan, atau lebih dari 1 bulan".

Berkata Syekh Abdul Mawahib Asy-Syadzali r.a.:
"Ulama ulama berlainan pendapat tentang dzikir, katanya manakah yang lebih utama dzikir jahar atau dzikir sirr? di situ aku berkata: Tentang dzikir jahar sangat utama agar menambahkan bulatnya tekad, teguhnya bathin tauhid kepada Alloh, kuat dari segala pengaruh mahkluq untuk tingkatan manusia yang baru belajar".

Begitu pula dengan dzikir sirr, memang itupun utama untuk manusia-manusia yang sudah mencapai tingkatan kuatnya tauhid kepada Alloh SWT, dan teguhnya bathin dari segala godaan syetan dan bujukan nafsu.

Imam Bukhori r.a. berkata dalam kitab shahihnya dalam bab dzikir sesudah sholat fardhu: Diceritakan dari Ishak bin Abdurrahman dari Jura’id dari Amir ,bahwa Ma’bud Ibnu Abbas meriwayatkan:

"Bahwa mengangkat suara dalam dzikir dikala manusia sesudah selesai mengerjakan sholat fardhu, betul-betul terjadi dalam masa Nabi SAW".

Kemudian Ibnu Abbas r.a. berkata:
"Aku betul-betul mengetahui dan mendengarkan angkatan suara keras dalam dzikir itu".

Syekh Ahmad Al-Kosasin r.a menambahkan:
"Keadaan ini menjadi dalil kelebihan atau keutamaan mengeraskan suara dzikir, sehingga di dengar orang lain, yang dinamakan dzikir jahar".

Nabi pernah bertanya kepada sahabat sahabatnya:
"Belum pernahkan ku tunjukan kepadamu sesuatu perkara yang merupakan kebajikan di dunia dan akhirat? Jawab mereka: "belum".

Nabi berkata pula:
"Hadirilah majelis dzikir jika engkau sendiri gerakkan lidahmu bersuara dengan berdzikrulloh".

Tuhan berfirman:
"Sabarlah engkau bersama sama orang yang menyeru mengingat kepada Tuhannya pagi dan petang dalam keadaan mereka menghendaki keridhoan Alloh". (QS. Al Kahfi: 28) (Selanjutnya - Talqin Dan Bai'at)

KOMENTAR