2017-10-16

Risalah Al Qusyairiyah Bab I: Ma'rifatullah


Risalah Al Qusyairiyah - Abu Bakr asy-Syibly berkata: “Allah adalah Yang Esa, yang dikenal sebelum ada batas dan huruf. Maha Suci Allah, tidak ada batasan bagi Dzat-Nya, dan tidak ada huruf bagi Kalam-Nya.”

Ruwaym bin Ahmad ditanya mengenai fardhu pertama, yang difardhukan Allah swt. terhadap makhluk-Nya. Ia berkata: “Ma’rifat.” Karena firman Allah swt.: “Aku tidak menciptakan jin manusia kecuali untuk menyembah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyaat: 56).

Ibnu Abbas’ menafsiri Illa liya’buduun dimaksudkan adalah Illa liya’rifuuun (kecuali untuk ma’rifat kepada-Ku).

Al-Junayd berkata: “Haat hikmah pertama yang dibutuhkan oleh hamba adalah Ma’rifat makhluk terhadap Khalik, mengenal Sifat-sifat Pencipta dan yang tercipta bagi Sang makhluk merasa hina ketika dipanggil-Nya dan mengakui kewajiban taat kepada-Nya. Barangsiapa tidak mengenal Rajanya, maka ia tidak mengakui terhadap raja, kepada siapa kewajiban-kewajiban harus diberikan.

Abu Thayib –Maraghy berkata: “Akal mempunyai bukti, hikmah mempunyai isyarat, dan Ma’rifat mempunyai Syahadat. Akal menunjukkan, hikmah mengisyaratkan, dan ma’rifat menyaksikan; bahwasanya kejernihan ibadat tidak akan tercapai kecuali melalui kejernihan tauhid.”

Al-Junayd ditanya soal tauhid, jawabnya: “Menunggalkan Yang Maha Tunggal dengan mewujudkan Wahdaniyah-Nya lewat keparipurnaan Ahadiyah-Nya. Bahwa Dia-lah Yang Esa yang tiada beranak dan tidak diperanakkan. Dengan kontra terhadap antagoni, keraguan dan keserupaan tanpa upaya menyerupakan dan bertanya bagaimana, tanpa proyeksi dan pemisalan; tidak ada sesuatu pun yang menyamai-Nya. Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Abu Bakr az-Zahir Abady ditanya tentang Ma’rifat. Jawabnya: “Ma’rifat adalah nama. Artinya, wujud pengagungan dalam kalbu yang mencegah dirimu dari penyimpangan dan penyerupaan.” (Selanjutnya - Sifat-Sifat)

KOMENTAR