2018-02-19

Jadzab Dalam Perspektif Tasawuf Dan Fiqh


Jadzab, di dalam istilah tasawuf adalah suatu maqam atau keadaan di luar kesadaran seseorang, atau bahkan, sudah tidak tertaklif secara syariat? asal-usul lafadz JADZAB adalah – Jadzaba-Yajdzibu-Jadzban – yang berarti mempunyai makna ”menarik”, sementara obyek atau maf’ulnya adalah majdzub yang berarti mengandung makna tertarik, di dalam istilah sufi, biasanya jadzab di gunakan terhadap situasi bagi seseorang yang sedang mengalami (khoriqul adat) atau jenis yang lain, seperti nyleneh, keluar dari adat kebiasaan umum, atau mungkin bisa di kategorikan orang gila yang berkeramat, di katakan gila sebab munculnya pemahaman bahwa jadzab adalah hilangnya keumuman secara manusia, tentu beda dengan arti dari gila sendiri, sebab gila di dalam bahasa Arabnya adalah Junna- Junuunan – gila- atau, Janna-Yajunnu-Jannan – yang artinya menutup-.

Secara etimologis, jadzdzaab adalah bentuk mubalaghah dari kata jadzaba, yang artinya “menarik”, dan dalam format mubalaghah (superlatif) dapat artikan “sangat menarik”;.

Dalam terminologi pesantren, ia sering digunakan dalam konteks pengalaman batin dan pemahaman seseorang yang dimanifestasikan dalam perbuatan dan kata yang kurang dapat dipahami oleh publik.

Salik yaitu perjalanan usaha memperoleh dapat dekat kepada ALLAH mencapai ma'rifatullah, dengan cara meningkatkan dan mengembangkan iman dengan menghilangkan akhlaq tercela menggantinya dengan akhlak mahmudah, seperti halnya akhlak imaniyah ataupun ijtimaiyyah.

Majdzub yaitu orang yang ditarik kehadirat ALLAH; dengan kehendak ALLAH, tanpa melewati urutan suluk dalam thariqat.

Jika salik dapat menguasai akal sedang majdzub tidak bisa menguasai akal sebab tertutup oleh Nur ilahiyyah, maka terkadang majdzub sering meninggalkan kewajiban agama, dan menurut syar’i tidak berdosa sebab seperti orang gila. Sedang majnun hilang akal / gila sebab tertutup oleh Nur syayatiin.

Secara syar’i orang Jadzab dan Majnun mungkin memiliki persamaan yaitu hilang akal dan dikatakan sebagai orang gila, dihukumi sama dalam arti tidak berkewajiban menjalankan syariat sebagaimana mestinya sebab hilang akalnya (‘Udzur).

APAKAH ORANG JADZAB DIWAJIBKAN SHOLAT?

Orang gila (hilang) tidak wajib sholat dan tidak wajib mengqodho'nya (dengan syarat gilanya tersebut bukan sebab meminum barang haram/obat-obatan)

(وأما مَنْ زَالَ عَقْلُهُ بِجُنُونٍ أَوْ إغْمَاءٍ أَوْ مرض فلا يجب عليه لقوله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ " رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثلاثة " فنص على المجنون وقسنا عليه كل من زال عقله بسبب مباح وان زال عقله بمحرم كمن شرب المسكر أو تناول دواء من غير حاجة فزال عقله وجب عليه القضاء إذا أفاق لانه زال عقله بمحرم فلم يسقط عنه الغرض

(Al-Majmu' Juz 2 halaman 6)

Orang yang hilang akal karena gila atau epilepsi atau sakit maka tidak ada kewajiban ibadah dan tidak ada kewajiban mengqodlo'. Itu dikarenakan hal-hal di atas termasuk sebab-sebab mubah dalam hal menghilangkan akal. Berbeda dengan sebab-sebab haram, mabuk misalnya, maka kewajiban tidak hilang kepadanya begitupun kewajiban mengqodlo.

وَأَمَّا الْمَجْنُونُ إِذَا أَفَاقَ، وَالْكَافِرُ إِذَا أَسْلَمَ، فَالْمَذْهَبُ: أَنَّهُمَا كَالصَّبِيِّ الْمُفْطِرِ، فَلَا قَضَاءَ عَلَى الْأَصَحِّ.

(Roudlotu ath-Tholibin Juz 2 halaman 373)

Orang gila setelah sadar (gila bukan sebab meminum perkara haram atau meminum obat), kafir setelah masuk Islam, menurut qoul al-ashoh tidak ada qodlo baginya.

ويقول الشيخ محمد النبهان :
" المجذوب له صفات ثلاث : عقله صغير ، نفسه كبيرة ، قلبه طاهر ، وهو غير مكلف .

Majdzub memiliki 3 sifat
  1. Akalnya kecil (bahkan hilang), 
  2. Nafsunya besar,
  3. Hatinya bersih ,dan dia tidak terkena beban syar'i (mukallaf, karena terbilang "hilangnya akal")
Jadzab menurut ulama tasawuf:

يقول الغوث الأعظم عبد القادر الجيلاني :
" جذبة من جذبات الحق خير من عمل الثقلين ".
الشيخ أبو الحسن الشاذلي
يقول : " المجذوب : هو من جذبه الله إليه ، ولذلك كان سيره من أول خطوة في الطريق بالله لا بنفسه ، وهذا جاء من باب القدرة : كن فيكون ".
يقول الشيخ ابن عطاء الله السكندري :
" فأرباب الجذب يكشف لهم عن كمال ذاته ، ثم يردهم إلى شهود صفاته ، ثم يرجعهم إلى التعلق بأسمائه ، ثم يردهم إلى شهود آثاره . والسالكون على عكس هذا . فنهاية السالكين بداية المجذوبين . وبداية السالكين نهاية المجذوبين ، لكن لا بمعنى واحد ، فربما التقيا في الطريق ، هذا في ترقيه وهذا في تدليه ".

Imam Ahmad bin Muhammad bin Abdul Karim bin Athoillah Assakandari (658 H/1259 M –709 H/1309 M) dalam kitab Al-Hikam:

Artinya: “Terbukti adanya makhluk, atas adanya nama-nama ALLAH dan dengan nama-nama itu atas adanya sifat, dan denganya adanya sifat-sifat itu adanya Dzat ALLAH, sebab mukhal (tidak masuk akal) adanya sifat yang berdiri sendiri tanpa adanya Dzat, maka orang-orang yang Majdzub pertama terbuka (terlihat) oleh mereka kesempurnaan Dzat ALLAH, kemudian menurun melihat sifat-sifat ALLAH, dan menurun pula melihat (bersandar) kepada nama-nama ALLAH, sehingga menurun melihat makhluq buatan ALLAH, sebaliknya orang Salik dari bawah naik ke atas, maka puncak orang salik sampai ke permulaan orang majdzub, dan permulaan salik adalah penghabisan orang majdzub, tetapi tidak berarti sama dalam segala hal, hanya ada kalanya bertemu dijalanan yang satu ketika sedang mendaki dan yang lain sedang menurun“

الشيخ محمد مراد النقشبندي
يقول : " الجذبة : هي الميل والمحبة إلى الله تعالى
يقول الشيخ الحكيم الترمذي :
" يحتاج الولي إلى مدة في جذبه ، كما يحتاج المجتهد إلى المدة في صدقه . إلا أن هذه تصفيته لنفسه بجهده ، وتصفية المجذوب يتولاه الله بأنواره فانظر كيف صنع الله بعبده ، وصنع العبد بنفسه ؟ أما ترى آدم {عليه السلام} كيف فات الخلق وبرز عليهم بما تولاه الله من فطرته وقال لسائر الخلق ( كن فكان ) . فالمجذوب يُجذب في كل موطن في طريقه إلى الله تعالى ، ويخبر ويعرف المواطن ".
الشيخ أحمد بن عجيبة
الجذب : هو غياب الحس بالكلية لترادف أنوار المحبة والعشق .
الشيخ أبو سعيد المجددي
يقول : " الجذبات : عبارة عن انجذاب اللطائف إلى جهة الفوق ".
يقول الشيخ محمد مراد النقشبندي :
" الجذبة نوعان :
وهي أما أن تكون من طرف الحق سبحانه وتعالى : وهي الجذبة الجلية . ويقال لها : التوفيق ، ولا يمكن الوصول إلى الله إلا بها .
وأما أن تكون من طرف العبد : وهي الجذبة الخفية ، ويقال لها : الميل ، والمحبة ، والعشق ، وغير ذلك ".
يقول الشيخ أحمد النقشبندي :
" اعلم أن الجذب وحده من غير السلوك في الطريق المستقيم بامتثال أوامر الحق والاجتناب عن نواهيه لا نتيجة له أصلاً غير الدخول في حيز البله والمجانين .

Perbedaan jadzab dengan majnun
الفرق بين الجذب والجنون
يقول الباحث سعيد حوى :
" الجنون حالة مرتبطة بالدماغ أحياناً ، بينما الجذب حالة مرتبطة بالقلب "

Sumber: http://alkettanien.ahlamontada.com/t369-topic

Load comments