2024-03-17

Rahasia Karomah Para Wali


Banyak umat Islam dari kalangan pengikut ajaran ulama tradisional/salafiyah terus mencari jawaban tentang rahasia kesaktian para wali Allah yang lazimnya disebut karomah. Yang dengan karomah itu menjadikan para wali sebagai orang yang memiliki kemampuan "WERUH SAKDURUNGE WINARAH SECIDUH METU SEUCAP NYATA". Secara umum, tentu saja para pencari jawaban itu pun sudah bisa menjawabnya sendiri karena para wali itu merupakan orang-orang yang dikasihi Allah. Sudah sepantasnyalah sebagai para kekasih Allah, para wali memiliki karomah sebagai anugrah dari jerih payahnya yang selalu bertakwa dan bertawakal kepada-Nya.
 
Bertakwa artinya menjalankan semua perintah Allah dan meninggalkan semua yang dilarang-Nya tanpa kecuali.
 
Bertawakal artinya selalu menggantungkan diri kepada Allah dalam menjalani hidupnya, semua yang dilakukannya hanya untuk dan kepada Allah.  Dalam melakukan ibadahnya, para wali juga terkadang tidak lagi memperdulikan akan keadaan dirinya. Mereka tidak takut karena hidup kekurangan atau sedih karena tidak ada makanan, yang diingat dan dilakukannya hanyalah melaksanakan ibadah kepada Allah, sebagaimana disinggung di dalam al-Qur'an:

أَلاَ إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُوْنَ. الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَكَانُوْا يَتَّقُوْنَ

Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. (QS. Yunus: 62 -63)

Dalam melakukan ibadah-ibadahnya, selain melakukan ibadah yang wajib, para wali juga terus-menerus melakukan berbagai peribadatan yang sunat, khususnya dzikir yang tiada henti-hentinya tanpa mengenal waktu dan keadaan; sambil duduk, sambil berbaring, sambil berdiri, sambil diam, atau sambil jalan dalam setiap tarikan dan hembusan nafasnya yang dikenal dengan istilah "dzikir nufus". Karena ibadah-ibadahnya yang tiada henti-hentinya itu, membuat para wali dicintai oleh Allah. Karena dicintai Allah, maka tidaklah, mengherankan kalau para wali mendapat karomah sebagai kemuliaan dari Allah bagi dirinya. Yang menjadi pertanyaannya adalah:

"APA SEBENARNYA KAROMAH ITU?" 

Atas pertanyaan tersebut, penulis mendapatkan jawabannya dari Al-Hadits berikut:

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu ia berkata, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Sesungguhnya Allâh Azza wa Jalla berfirman, ’Barangsiapa memusuhi wali-Ku, sungguh Aku mengumumkan perang kepadanya. Tidaklah hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada hal-hal yang Aku wajibkan kepadanya. Hamba-Ku tidak henti-hentinya mendekat kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah hingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, Akulah yang menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, Akulah yang menjadi penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, Akulah yang menjadi tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan Akulah yang menjadi kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia meminta kepada-Ku, Aku pasti memberinya. Dan jika ia meminta perlindungan kepadaku, Aku pasti melindunginya.... Aku tidak pernah ragu-ragu terhadap sesuatu yang Aku kerjakan seperti keragu-raguan-Ku tentang pencabutan nyawa orang mukmin. Ia benci kematian dan Aku tidak suka menyusahkannya.""  [HR. Bukhari]

Dari Al-Hadits tersebut dikatakan dengan jelas bahwa Alloh akan mewakili perbuatan orang yang dicintainya. Dengan demikian, tidaklah mengherankan apabila para wali memiliki kemampuan: weruh sadurung winara seciduh metu saucap nyata  karena Allah mewakili penglihatan, ucapannya dan perbuatan lainnya sebagai tanda cinta-Nya kepada hamba yang terus mengabdi kepada-Nya. Apa yang tidak bagi Allah karena semua yang ada, Dia-lah yang mengadakannya. Jadi, itulah rahasia kesaktian para wali!

Berkaitan dengan karomah para wali itu, pantas saja apabila Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani menghendaki sesuatu beliau selalu berkata: "WA AMRII BI AMRILAAHI KUN ... YAKUN (Perintahku dengan perintah Allah, 'Jadi'..., akan jadi)". Demikian pula, waliyulloh Abdullah bin Syamhurus Al-Buhuri Wal-Anhar, beliau juga apabila menghendaki sesuatu selalu mengatakan: "BIAMRILAHII WABIFADHLIHI KUN ... YAKUN (Dengan perintah Alloh dan keutamaan-Nya, 'Jadi' ..., akan jadi)"  

Al-Hadits tersebut tadi, selain mengungkap rahasia kesaktian para wali, juga memberikan isyarat bagaimana caranya menjadi wali Allah, yaitu dengan menjalankan berbagai peribadatan, baik yang wajib maupun yang sunat.
 
Namun, mungkin para pembaca bertanya dalam jiwa:
"Saya sudah melakukan itu, tapi mengapa tidak menjadi wali?".

Berkenaan dengan pertanyaan pembaca tersebut, keterangan dari Aisyah barangkali merupakan jawabannya bahwa Rosululloh, Sholallohu Alaihi Wassalam selalu melakukan sholat malam hingga "kaki beliau menjadi bengkak". Hal itu mengisyaratkan bahwa Rosululloh melakukan shaolat malamnya dalam jumlah yang sangat banyak. Sebagaimana Ali, melakukan sholat malam itu seribu rakaat setiap malamnya. Sedangkan Usman, selalu melakukan dua rakaat sholat malamnya dengan mengkhatamkan Al-Qur'an dalam tiap rakaatnya, dan selalu berpuasa sepanjang tahunnya kecuali pada hari yang diharamkan berpuasa. Kemampuan Usman dalam melaksanakan sholat malam dengan menghatamkan Al-Qur'an dua kali, juga menunjukkan bahwa dalam perut Usman nyaris tidak ada makanan karena kalau perut orang normal mustahil tidak buang angin semalaman. Demikian pula sahabat-sahabat lainnya, dan para ahli ibadah selalu melakukan ibadah-ibadah sunat itu dalam jumlah yang mungkin kita tidak akan pernah mampu melakukannya.   

Demikian uraian ringkas tentang rahasia kesaktian para wali. Walaupun sangat ringkas, semoga bermanfaat.


Load comments