2018-02-23

Kisah Sunan Kalijaga Mencari Makna Titik Ba


Pada zaman dahulu ada seorang pemuda yang memiliki kebiasaan unik. Kebiasaannya pemuda ini sangatlah aneh dan dikenal sebagai tukang begal atau rampok (berandal lokajaya), akan tetapi hasil begalannya itu akan dia berikan kepada fakir miskin.

Hingga pada suatu waktu, pada saat dia ingin membegal, dia menghadang langkah perjalanan seorang Kakek tua yang renta dan bermaksud menguras seluruh harta benda bawaannya. Akan tetapi pada saat dia menggeledah barang-barang bawaan kakek tersebut, ternyata si kakek tersebut hanya memiliki seuntai tasbih yang biasa digunakan untuk berdzikir dan sebuah tongkat yang telah membantunya dapat berjalan. Kakek tersebut lalu bermaksud untuk memberikan tasbihnya kepada anak muda tersebut lalu kakek tersebut berkata:

“Ambillah ini  ananda, untuk dirimu, akan tetapi jika ananda menginginkan harta yang lebih banyak lagi silahkan ananda ambil emas di pohon  itu”.

Pemuda itupun melihat ke arah pohon yang dimaksud itu dan betapa herannya juga membuat dia takjub, karena baru kali ini dia mendapati sebuah pohon yang seluruh bagiannya terbuat dari emas murni mulai dari ujung daun sampai seluruh batangnya dan juga buahnya yang berupa emas murni juga ada yang berjatuhan.

Bukannya bersegera untuk mengambil emas-emas murni itu tapi pemuda ini malah memohon ampun kepada kakek tersebut. Karena dia menyadari bahwa orang yang ada dihadapannya ini bukanlah orang yang biasa akan tetapi dia adalah seorang yang berilmu dan sakti mandraguna.

Pemuda itupun lalu bersujud dan memohon maaf atas perbuatan dan sikapnya lalu mencium tangan kakek tersebut sambil berkata:

“Duhai kanjeng sepuh, maafkanlah segala perbuatan dan sikap ananda yang berlebihan, sudikah sekiranya agar kanjeng untuk memperkenankan kepada ananda untuk menjadi murid kanjeng sepuh dan ajarilah ananda sebuah ilmu”.

Sambil tersenyum kakek itu cuma berkata:

“Ilmu apa yang ananda inginkan?”.

Lalu si pemuda menjawab:
“Ananda tidak mengetahuinya. Akan tetapi berilah kepada ananda sebuah Ilmu walaupun itu hanyalah sebuah titik”.

Sambil tersenyum kakek itupun meraih bahu pemuda itu lalu menyuruhnya berdiri, mereka saling berhadapan, lalu kata si kakek itu berkata:

“Baiklah jika itu kemauanmu, tetapi aku harus pulang dahulu dan tunggulah aku disini”.

Lalu kakek itupun menancapkan tongkatnya di pinggir sebuah kali dan meminta pemuda itu untuk duduk didepan tongkatnya. Kemudian pemuda ini duduk di depan tongkatnya itu. Lalu pergilah kakek itu untuk menuju ke kediamannya.

Beberapa tahun telah berselang dan kakek itu baru teringat bahwa dia telah memiliki janji kepada seorang pemuda yang dulu pernah ingin membegal dirinya di tengah jalan dan sebagai seorang yang amanah maka beliaupun segera pergi ke tempat pertemuan mereka terdahulu yaitu di pinggir sebuah kali.

Kakek itupun terkejut karena mendapati pemuda itu masih tetap duduk menunggu dirinya di depan tongkatnya. Dan kondisi pemuda itu sangat memprihatinkan karena kurus kering dan tubuhnya pun sudah berlumut serta tertutup banyak tumbuhan semak belukar.

Lalu kakek itupun mengumandangkan adzan yang membuat pemuda itu terbangun lalu pemuda itu di beri nama Kali Jaga (Penjaga kali atau penjaga Sungai) sedangkan kakek tua renta itu adalah Kanjeng Sunan Bonang.

Sesuai dengan janjinya akhirnya Sunan Bonang membabarkan suatu ilmu yaitu ilmu titik yaitu titik pada huruf Ba atau yang biasa disebut dengan Ilmu titik Ba'.

Dari ilmu titik Ba' inilah seorang Sunan Kalijaga yang awalnya adalah seorang pemuda yang dikenal sebagai seorang begal ataupun perampok bisa menjadi seorang yang di muliakan oleh Allah.

Hampir semua umat Islam di Indonesia mengetahui tentang hikayat ini yang telah menjadi sejarah dan sangat  melegenda yang telah terjadi ratusan tahun yang lalu di nusantara dan namun hanaya sedikit orang yang tahu tentang ilmu titik pada huruf Ba' yang di pelajari oleh Sunan Kalijaga dari Kanjeng Sunan Bonang. Banyak diantara kita yang bertanya apa sih ilmu titik Ba itu?.

Tiada yang mengetahui kecuali orang-orang yang telah diberi pengetahuan tentangnya karena Ilmu titik Ba' ini bersifat Ilmu yang rahasia dan dirahasiakan.

Rahasia Titik Ba

Para Pencari Allah mengatakan bahwa barangsiapa yang ingin berjumpa dengan Allah maka hendaknya ia mencariNya di Titik ’Ba’. Konon salah satu ilmu yang sangat tinggi ada pada Titik Ba’ tersebut dan menurut keterangan dari orang-orang khawas salah satu anugrah Allah yang diberikan kepada Waliullah seperti Sunan Kalijaga adalah Anugerah kedalaman Ilmu yang dicurahkan oleh Allah dalam kandungan Ilmu Titik Ba’ kepadanya.

Dengan ilmu titik Ba’ yang diberikan oleh Allah sehingga atas izin Allah beliau sanggup menerawang ke alam Malakut dan sanggup melakukan hal-hal yang luar biasa diluar kemampuan manusia umumnya, itulah suatu Mu’jizat suatu karamah yang dianugerahkan oleh Allah kepadanya.

Ada apa dengan Titik Ba’ itu? bagaimana sehingga seorang hamba yang mampu menyelam ke samudera ilmu Allah akan mendapatkan anugerah dan pencerahan ruhani yang maha dahsyat? lalu apakah hanya dengan menyelam ke dalam titik Ba’ kemahadahsyatan itu akan tersingkap? tidak adakah titik yang lain selain titik Ba’? sebagaimana Allah bisa di sifati dan mensifati dari berbagai macam sudut cakrawala alam?

Seorang Salik yang haus dengan Ilmu tentang Allah belumlah sempurna keilmuannya tentang Allah sebelum menyelam dalam berbagai misteri tentang Sifat, Asma, Af’al dan DzatNya Allah Ta’ala. Keempat terminal perjalanan ruhani ini adalah pintu-pintu yang lain yang harus dilalui seorang Hamba sebelum mencapai terminal akhir tentang Allah. Terminal ini adalah pintu menuju Alam Malakut yang didalamnya seorang Hamba akan tercerahkan dengan Nur Ilahiyah, dimana sang hamba hanya bisa memandang alam ‘Ketiadaan ‘ alam ‘Kesunyian’ yang tiada bunyi, tiada gerak, dan yang ada hanya ‘Dia’ yang penuh Misteri.

Ketika seorang Hamba Allah, telah sampai dalam perjalanan dengan Maqam Ba’ (Bashar) kepada Allah apakah telah sampai pula dan selesai perjalanannya menuju Allah?

Ternyata belum…! Perjalanan itu masih panjang dan masih sangat jauh tak terhingga oleh ruang dan waktu, Sehingga perjalanan itu akan terlampaui oleh hanya dengan Bashar kepada Allah.

Memang, seorang Hamba bisa mencapai kepuasan spiritual ketika telah mencapai maqam ‘Ba’ shar’ dengan memandang kepada Dia. Tetapi perlu diketahui bahwa sesungguhnya seorang Hamba selain perlu mencapai maqam Ba’shar kepada Dia masih perlu menempuh maqam lain yaitu Ni’matullah kepada Dia. Jika seorang hamba telah mencapai kedudukan Ba’shar kepada Dia maka perlu baginya menyatu dengan ‘Kenikmatan’ bersamaNya. Dengan demikian Titik Ba’ yang masih berada dibawah anugerah dan wadah alam malakut perlu diangkat ke atas sehingga Titik itu menjelmakan dirinya menjadi Titik Nun.

Ya….! Titik Nun….! Bagaimana caranya…..? Biarkanlah dirimu dalam genggaman ‘Af’al Nya Allah, pada saatnya engkau akan diangkat dari wadah alam malakut ke atas alam Nur Ni’matullah bersamNya.

Seorang Arif pernah berdo’a:

Ya Allah…. Engkau yang telah meperjalankan hamba kepadaMu, dengan membuka pintu-pintu kemudahan bagiku, membukakan sebutir pintu hikmah rahasia tentang diriMu. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui akhir perjalananku kepadaMu.

Ya Allah… bantu aku mengenal diriku dengan diriMu, yang Maha Halus, mengenal namaku dari rahasia-rahasia AsmaMu yang Maha Terpuji karena sesungguhnya engkaulah yang Maha Menggenggam segala Tubuh, Hati, Nyawa dan Rahasiaku.

Ya Allah… mudahkan perjalananku dari wadah Nur Ba’shar Mu dan angkatlah derajatku menuju wadah Nur Nun Mu. Tetapkan hatiku dalam Nur Nikmat bersama Nun Mu yang Engkau telah bersemayam didalamnya.

Load comments