2020-02-19

Kanjeng Kyai Al Quran Salah Satu Pusaka Keraton Yogyakarta


Kanjeng Kyai Al Quran adalah salah satu pusaka Keraton Yogyakarta yang dianggap sangat penting. Ini menunjukkan bahwa diantara kerajaan-kerajaan Islam Nusantara, Kesultanan Yogyakarta paling besar perhatiannya terhadap Islam. Bahkan perhatian itu sudah nampak sebelum peristiwa palihan nagari (perjanjian Giyanti yang membagi kerajaan Mataram Islam menjadi Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta).

Pendiri Kasultanan Yogyakarta menentang kebijakan Keraton Surakarta yang bekerja sama dengan penjajah Belanda. Dalam perlawanan itu, pendiri Kasultanan Yogyakarta banyak dibantu para pemuka agama Islam. Sampai saat ini keturunan Kiai-kiai yang mendukung Sultan Hamengku Buwono I dalam menentang penjajahan Belanda masih ada di seputar Yogyakarta.

Kanjeng Kyai Al Quran semula adalah milik Kanjeng Gusti Raden Ayu Sekar Kedaton alias GKR Ayu (puteri Sultan Hamengku Buwono II), yang merupakan mahar atas perkawinannya dengan KRT Notodiningrat (putera KGPAA Paku Alam I, yang kelak menjadi KGPAA Paku Alam II). Guru mengaji Kanjeng Gusti Raden Ayu Sekar Kedaton adalah Haji Mahmud, abdi dalem punakawan.

Kanjeng Kyai Al Qur’an adalah salinan dari Al Qur’an di Keraton Surakarta. Penyalinnya adalah abdi dalem Ki Atma Parwita, ordenans sepuh pada masa Susuhunan Paku Buwono IV. Hal ini tercantum dalam Kanjeng Kyai Al Quran dengan tulisan Arab Pegon, berbunyi : "Kagungan dalem Qur’an ingkang nerat Abdi Dalem Ki Atma Perwita Hurdenans Sepuh. Kala wiwit anerat ing dinten Arba’ wanci pukul setengah sewelas tanggal ping selikur ing wulan Rabiul Akhir ing tahun jim awal angkaning warsa 1724. Kala sampun aneratipun ing dinten salasa wanci pukul setengah sanga tanggal ping nem ing wulan Ramdhon ing Surakarta Adiningrat hadza baladi Jawa”.

Mushaf Al Qur'an ini berukuran 40 x 28 cm dengan ketebalan 11 cm. Ukuran teks 32 x 20 cm. Terdapat 15 baris tulisan tiap halaman. Kondisi utuh, lengkap 30 juz, 575 halaman, termasuk halaman kolofon. Sampulnya berbahan kulit dengan hiasan sederhana.

Khat yang digunakan adalah Naskhi. Jenis rasmnya campuran antara rasm usmani dan imla’i. Menggunakan tinta hitam (untuk huruf) dan merah (untuk harakat panjang). Tanda ayat menggunakan lingkaran kuning, tanpa nomor ayat. Pada ayat terakhir yang berbatasan dengan juz, ditandai dengan lima lingkaran. Setiap awal surah ditandai dengan kotak yang di dalamnya tertulis nama surah, jumlah ayat, dan tempat diturunkannya. Ditulis dengan huruf Arab dengan teknik pilinan.

Mushaf Al Quran ini bisa dikatakan penuh hiasan. Setiap halaman terdapat hiasan dengan komposisi warna merah, emas, biru, hitam, pink, dan hijau muda. Motif hias pada halaman biasa berupa sulur bunga, motif saton, serta garis tegas yang membingkai teks dengan warna emas dan merah. Pada halaman awal juz lebih banyak lagi hiasan, berupa tiga buah setengah lingkaran, masing-masing terletak di bagian tengah atas, bawah dan samping halaman. Pada hiasan setengah lingkaran samping ditulis ‘juz’ dengan tinta emas.

Iluminasi lebih ‘mewah’ terdapat pada awal mushaf (Surah al-Fatihah dan al-Baqarah), tengah mushaf (Surah al-Kahf), dan akhir mushaf (Surah al-Falaq dan an-Nas). Pada halaman khusus ini hanya diisi 5-7 baris tulisan. Pada awal dan tengah mushaf menggunakan hiasan berupa silangan garis-garis tegas yang membentuk motif kotak-kotak dan segitiga. Warna yang digunakan adalah hijau, emas, merah, dan biru muda. Adapun motif hias yang digunakan hampir sama dengan hiasan yang ada pada setiap awal juz. (RMB)

KOMENTAR