Apabila Syeikh Junaid al-Baghdadi ra ditanya tentang "Ma'rifat" dan tentang "si 'Arif" (Ahli Ma'rifat), lalu beliau pun menjawab:
"WARNA AIR DI DALAM GELAS MENURUT WARNA GELASNYA"
Kalau gelas berwarna merah, air yang jernih di dalamnya pun turut akan menjadi merah juga. Kalau gelas berwarna hijau, maka air yang jernih di dalam gelas itu kelihatan berwarna hijau juga.
Dalam arti kata yang lain, warna air itu menurut warna gelasnya, dan gelas itu pula mempamerkan kesannya dalam apa jua yang dikandunginya.
Maksud Syeikh Junaid ra itu ialah kita sendiri lah yang mewarnai objek ilmu (sesuatu perkara / benda yang diketahui) kita sendiri, lantaran kita tidak kenal yang lain kecuali diri kita juga. Benda atau objek yang kita ma'rifatkan itu sebenarnya adalah makhluk seperti kita juga.
Apa jua warna gelas itu, air di dalamnya sama saja warnanya dengan warna gelas itu. Orang yang tidak 'arif menyangka air itu berwarna sama seperti warna gelas itu juga karena menurut pandangan mereka sedemikian.
Walaupun air itu menurut bentuk gelas yang mengandunginya dan juga menurut warna gelas itu, tetapi pada hakikatnya air itu tidak terlihat dan tidak terbatas.
Ia berada di mana-mana saja, bukan di dalam gelas itu saja. Hanya kelihatan pada dzahirnya saja air itu berbentuk dann berwarna seperti gelasnya, tetapi pada hakikatnya air itu jernih tidak berwarna dan juga tidak berbentuk.
Orang yang berpandangan hanya tertumpu kepada air di dalam gelas itu saja yang mengatakan air itu berbentuk dan berwarna.
Sebaliknya orang yang memandang realita atau hakikat air itu tahu benar bahwa bentuk dan warna itu adalah kesan daripada gelas itu saja. Air tetap air juga walaupun ia berada di dalam gelas, di luar gelas bahkan di mana-mana saja.
HAKIKAT AIR TETAP AIR JUGA.
Demikian juga "Tajalli atau Pendzahiran Tuhan" dalam tempat pendzahiran-Nya (tajalli-Nya). Alam semesta ini adalah tempat pendzahiran Ketuhanan Allah.
ALAM INI IBARAT GELAS
AIR ITU IBARAT TUHAN
Pada hakikatnya, Tuhan Allah itu tidak terbatas dan tidak sama dengan makhluk, tetapi apabila Dia sendiri mentajalli Diri-Nya pada alam (tempat pendzahiran / tempat tajalli), maka samalah Dia (Allah Yang Tidak Terbatas itu) dengan alam atau makhluk yang terbatas, terlihat, berbentuk dan berupa.
Fahamilah dengan hati yang jernih dan akal yang bijaksana. (Selanjutnya - Allah Melampaui Segala Sesuatu )