Sebelum Islam masuk Jawa, kata
“malaikat” tidak dikenal. Karena malaikat berasal dari bahasa Arab atau Ibrani. Orang Jawa hanya mengenal Dewa dan Dewi. Dewa-dewi ini diperkenalkan oleh pendeta Hindu dan Budha. Kepercayaan tentang sedulur papat yang asli Jawa bersanding dengan kepercayaan Hindu dan Budha.
Setelah Islam masuk Jawa, kepercayaan sedulur papat ini dipadukan dengan empat malaikat yang amat dikenal di dunia Islam, yaitu Jibril, Isrofil, Mikail dan Izroil. Keempat malaikat ini juga dikenal di dunia Yahudi dan Kristiani.
Oleh kelompok sufi, sistem sedulur papat ini disejajarkan dengan sifat nafsu, yaitu nafsu amarah, lawwamah, sufiyah dan mutmainnah.
Tampaknya sistem sedulur papat lebih sesuai dengan sistem empat malaikat. Karena fungsi keempat malaikat itu terkait langsung dengan perlindungan mereka kepada manusia (yang berlaku baik). Sedulur papat juga berfungsi untuk menjaga diri manusia.
Kesamaan sedulur papat dengan empat malaikat, dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pertama
Jibril disebut juga Gabriel. Dalam bahasa Ibrani Gabriel artinya Pahlawan Tuhan. Jabr El, Kekuatan Tuhan. Fungsinya sebagai penyampai informasi. Karena itu, dalam Islam disebut sebagai penyampai wahyu dari Allah kepada para nabi.
Dalam konsep Islam Jawa, Jibril ini diposisikan sebagai kekuatan spiritual pada air ketuban. Untuk memberikan petunjuk bagi perjalanan manusia.
Setelah Nabi Muhammad SAW wafat, maka ada guyonan bahwa Jibril sudah tidak ada lagi pekerjaan, alias pengangguran. Guyonan ini timbul karena dalam kepercayaan Islam hanya ada satu Jibril. Tugasnya membawa wahyu. Yang menerima wahyu habis, maka ia pensiun.
Tetapi tidak demikian halnya dalam ajaran Jawa. Setiap orang disertai Jibril-nya.
Dengan kata lain, masing-masing orang dikawal Jibril. Hakekat Jibril itu sendiri adalah roh. Karena itu, hakekatnya hanya ada satu Jibril di alam ini. Tapi pancaran cahayanya ada di setiap diri manusia. Seperti roh, tidak pernah dinyatakan dalam bentuk jamak di dalam al-Quran. Tetapi, setiap diri mendapat tiupan roh dari Tuhan.
Dan, roh tersebut menjadi pribadi si A, si B dan lainnya. Satu tetapi terpantul pada setiap cermin, sehingga seolah-olah setiap cermin mengandung roh.
Dan seorang manusia sebenarnya hanyalah cermin bagi Sang Diri.
Setiap Diri merupakan tajalli / penampakan bagi Ilahi. Setiap Diri menerima limpahan Cahaya-Nya. Diantara wujud limpahan Cahaya-Nya adalah Jibril yang menuntun setiap orang.
Jibril akan menuntun manusia ke jalan yang benar, yang telah membersihkan dirinya. Membersihkan cerminnya, membersihkan hatinya. Jika cermin masih berdebu, hati masih kotor, jangan harap bisa memantulkan bayangan Jibril. Apalagi Tuhan. Hati yang kotor, tidak aman bagi Tuhan.
Karena itu, hati orang yang beriman, orang yang sudah aman hatinya, merupakan singgasana Tuhan.
Langit dan bumi tidak dapat menjangkau Tuhan, tapi hati mukmin-lah yang bisa menjangkau-Nya. Ini ungkapan sebuah hadis. Dan Jibril-lah yang menambah daya agar teguh, bertambah tebal keimanan seseorang.
Dalam khasanah Jawa, Jibril ini mendampingi Sang Guru Sejati, bersanding dengan Sang Pribadi.
Dalam bahasa hadis, Jibril adalah seorang malaikat yang dilukiskan mempunyai seribu enam ratus sayap.
Kata “sayap” sebenarnya kiasan bagi daya dan kekuatan yang Tuhan berikan kepada Jibril (Dzatullah).
Namun Jibril inipun tidak mampu mengantarkan Diri Nabi ke Sidratul Munthaha dalam mi’raj beliau. Juga diceritakan bahwa ketika Jibril menampakkan dirinya dihadapan Rasul, selalu ditemani malaikat mulia lainnya, yaitu Mikail, Isrofil dan Izroil.
Jelas sekali, bahwa kehadiran air ketuban ketika membungkus janin, ternyata selalu disertai oleh saudara-saudara lainnya.
Ditinjau dari kedudukannya yang keluar paling awal, yaitu pecahnya air ketuban ketika bayi lahir, maka air ketuban disebut kakak, kakang, saudara tua bagi bayi. Begitu bayi lahir, maka selesailah sudah tugas “air ketuban” secara fisik.
Tetapi secara rohani tidaklah berhenti ketika bayi dilahirkan. Ia tetap menjaga dan membimbing bayi tersebut hingga akhir hayat manusia. Bagi manusia, air ketuban disebut sebagai Kakang Kawah atau kakak bagi bayi.
Tetapi secara hakekat malaikat Jibril diciptakan setelah penciptaan malaikat Mikail. Tali puser ada lebih dahulu dari pada selaput air-ari di rahim.
Kedua
Isrofil. Menurut hadis, malaikat Isrofil diciptakan setelah penciptaan Singgasana Tuhan (‘arsy). Ia disebut sebagai malaikat penggenggam semesta.
Ia meniup terompet kemusnahan dan kebangkitan. Dalam bahasa kiasan, malaikat ini diciptakan untuk menunggu datangnya kiamat.
Ia digambarkan selalu melihat keatas terus menerus untuk melihat jadwal kiamat yang ada di Lawh al-mahfuzh, buku Catatan Tuhan tentang rancangan alam semesta ini.
Dalam konsep Jawa, ari-ari, tembuni atau plasenta, adalah untuk memayungi sang janin sampai ke tempat tujuan. Dialah yang memberikan keamanan dan kenyamanan sang janin di dalam rahim ibu. Ari-ari terbentuk setelah embrio (bakal janin) tumbuh di rahim setelah dua bulan.
Setelah embrio tumbuh menjadi janin, jabang bayi, ari-ari terbentuk dan berfungsi sebagai sarana untuk pertukaran zat (makanan dan buangan) dan darah bagi janin. Terompet kehidupan bekerja di dalam rahim. Ari-ari bagaikan lapisan atmosfer yang memberikan perlindungan bagi kehidupan sang calon bayi dalam rahim.
Konsep adi ari-ari ini telah berkembang di Jawa sebelum ilmu pengetahuan kedokteran modern lahir di dunia barat.
Suatu ajaran kuno yang luar biasa. Apabila dikaitkan dengan sistem malaikat dalam Islam, ada titik temu. Adi ari-ari disejajarkan dengan malaikat Isrofil.
Dari sisi kelahiran bayi, ari-ari diterima sebagai adi atau adik. Ari dalam bahasa Jawa juga berarti adik. Seperti juga air ketuban, ari-ari ini juga tetap memberikan perlindungan bagi manusia setelah dilahirkan. Meskipun jasadnya sudah tiada.
Dari segi hakekat, sisi keberadaannya atau penciptaannya, malaikat Isrofil as diciptakan Tuhan lebih dulu daripada malaikat Mikail as dan malaikat Jibril as.
Menurut konsep Jawa, daya dan kekuatan yang diberikan Tuhan kepada ari-ari ini tidak pernah sirna. Bahkan ia tak pernah menganggur untuk menanti tugas.
Sejak manusia terbentuk di dalam rahim, ari-ari ini terus-menerus menyertainya secara fisik, setelah bayi lahir ari-ari ini berupa ghaib, tetap memberikan perlindungan metafisik kepada manusia. Malaikat Isrofil diyakini sebagai pelita hati (Nurullah).
Agar hati tetap terang. Itulah sebabnya sejahat-jahat manusia masih ada secercah cahaya dalam hidupnya. Tetap ada kebaikan yang dimilikinya, meski sebesar debu.
Ketiga
Mikail. Michael. Salah satu malaikat yang menjadi pembesar para malaikat. Tugas malaikat Mikail adalah memelihara kehidupan.
Diceritakan dalam hadis bahwa Mikail mengemban tugas memelihara pertumbuhan pepohonan, kehidupan hewan dan manusia. Disebutkan pula bahwa dialah yang mengatur angin dan hujan, serta membagi rejeki kepada segenap makhluk.
Pada konsep sedulur papat yang sudah disesuaikan dengan ajaran Islam, tali puser merupakan Lokus, tempat dudukan bagi malaikat Mikail. Dia merupakan tali penghubung bagi kehidupan manusia (Rasulullah).
Zat makanan dari sang ibu disalurkan ke sang janin melalui tali puser. Juga zat yang perlu dibuang dari janin agar tidak meracuni janin, dibuang melalui tali puser.
Mikail dipandang orang Jawa sebagai saudara yang membantu memberikan sandang, pangan dan papan. Jika seseorang memohon perlindungan kepada Tuhan, maka Mikail yang menjalankan perintah Tuhan untuk melindunginya.
Perlu diketahui, memohon tidak hanya mengucapkan do’a atau kata-kata semata.
Memohon harus dilakukan dengan ikhtiar atau usaha yang benar. Ada upaya nyata. Baik itu bersifat jasmani maupun rohani.
Tuhan senantiasa menjaga kehidupan manusia melalui sedulur papat yang dikirim-Nya semenjak dari rahim hingga mati.
Ketika masih dalam rahim, sedulur papat memelihara dan menjaga pertumbuhan janin. Mereka berwujud plasenta, tali puser, ketuban dan darah. Begitu bayi lahir, jasadnya musnah. Tetapi wujud rohani-nya tetap terus-menerus menjaga kehidupan batin manusia. Asalkan manusia tetap dalam kehidupan anak-anak.
Yaitu, hidup ikhlas sesuai dengan panggilan nuraninya. Tetapi, bila manusia berbuat kejahatan, maka mereka terlepas diri.
Keempat
Izroil. Malaikat Maut. Dewa Kematian. Setiap budaya ada sosok yang dipercaya sebagai yang bertanggung jawab akan kematian. Kehadirannya amat ditakuti manusia. Tapi kehadirannya tidak bisa ditolak.
Di Jawa, atas pengaruh Hindu, Dewa Kematian ini disebut Betoro Kolo. Yaitu Dewa yang diberi tugas untuk menguasai waktu, ajal. Tapi dalam pandangan Jawa asli, dewa kematian tidak ada.
Karena kematian itu bukan berasal dari luar dirinya. Bagi orang Jawa, mati merupakan jalan untuk kembali ke Tuhan.
Dalam konsep sedulur papat. Malaikat maut ini saudara kita sendiri. Bukan orang lain. Dia tidak akan menyalahi tugasnya.
Artinya, kalau seseorang belum sampai ajalnya, dia tak akan diwafatkan. Justru dia dijadikan saudara bagi manusia, agar manusia mendapat perlindungannya.
Malaikat Izroil hadir di sisi manusia untuk meringankan penderitaan manusia (Nikmatullah).
Saudara sejati pasti melindungi bila yang bersangkutan tetap tegak di jalan yang benar. Dia mendampingi, bukan untuk mengintimidasi (menekan). Tapi untuk meringankan beban. Bayangkan jika manusia tidak bisa mati, tetapi hidupnya menderita. Akan lebih menderita.
Orang dapat menikmati rasa bahagia bila waktunya tidur langsung tidur tanpa kesulitan. Waktunya mati, mati tanpa kesulitan. Fungsi Izroil sebenarnya memberikan kemudahan bagi manusia. Oleh orang Jawa Izroil disebut sebagai kekuatan Tuhan yang berada di dalam darah.
Tempat kedudukan Izroil ada di dalam darah. Dalam kehidupan sehari-hari, Izroil bertugas juga untuk menjaga hati yang suci. Jika hati tetap dijaga kesuciannya, maka ketakutan akan hidup menderita atau kematian tidak ada lagi.
Ketika manusia masih berupa janin, Izroil yang mengatur pertukaran darah dari ibu ke janin.
Dia terlibat secara fisik. Setelah lahir, darah ini keluar sebagai darah nifas, yang tidak diperlukan lagi. Fisiknya telah lebur, tetapi aktifitas rohaninya tetap jalan.
Meski fisiknya sudah lenyap, saudara kita yang bernama Izroil ini tetap setia mendampingi hidup kita secara spiritual.
Ketika kita tidur, dia setia melindungi jiwa kita. Begitu bangun, dia yang menuntun jiwa kita masuk ke jasad kita lagi. Bila kita mempunyai kualitas tidur yang baik, jiwa kita terasa segar bagaikan bayi yang baru dilahirkan. Dialah yang merawat kehidupan kita sepanjang hayat. Dialah yang akan menyudahi hidup kita pada kurun waktu kehidupan sekarang ini telah sampai ajalnya.
Jika ajal seseorang telah sampai, maka Izroil mengorganisir malaikat lainnya, bersama saudara-saudara lainnya untuk mengakhiri hidupnya. Disini jelas sekali bahwa pada saat ajal seseorang datang, maka semua malaikat secara bersama-sama menyelesaikan tugasnya masing-masing, jadi tidak hanya Izroil sendirian.
Permana yang memberikan kekuatan pada sang jiwa diangkat keluar tubuh. Sehingga tubuh tidak bisa lagi dikendalikan oleh jiwa.
Roh penyambung hidup kita lepas. Tubuh menjadi lunglai, tak berdaya. Inilah bentuk kematian yang umum bagi manusia.
Bagaimana bentuk kematian yang tidak umum?.
Yang tidak umum adalah bila Diri Sejati manusia mampu memimpin sedulur papat untuk melepaskan jiwa manusia ke alam ghaib. Orang demikian sudah mampu menyongsong kematiannya dengan benar. Dia memberitahukan kepada keluarganya, kapan kematiannya datang. Sehingga dia tidak mengagetkan dan menyusahkan orang lain.
(Selanjutnya - Keharmonisan di Alam)